Rabu, 10 Agustus 2016

Bagaimana Sejarah dan perkembangan sistem penyelenggaraan makanan Rumah sakit di Indonesia ???



    Sejarah dan perkembangan sistem penyelenggaraan                              makanan Rumah sakit di Indonesia
Dalam sejarahnya, penyelenggaraan makanan kelompok sudah dikenal sejak zaman dahulu kala. Namun penyelenggaraan makanan kelompok secara lebIh profesional baru dimulai pada pertengahan abad ke-17 bersamaan dengan awal revolusi Eropa. Pada masa itu dirasakan perlu adanya usaha   untuk   meningkatkan   produktivitas   kerja   para   pekerja   di   berbagai   industri.   Pemberian makanan yang memenuhi syarat terbukti dapat meningkatkan produktivitas kerja para pekerja pabrik. Robert Owen adalah seorang pelopor penyelenggaraan makanan bagi pekerja industri yang  dikelola  secara  efisien  dan  efektif.  Inilah   awal  dari  penyelenggaraan  makanan  industri(inflant food service).

Di Indonesia sejarah dan perkembangan mengenai penyelenggaraan makanan institusi masih sangat terbatas. Namun adanya pendirian institusi-institusi yang menggunakan banyak tenaga kerja seperti   perkebunan yang luas, pembuatan jalan diluar kota, pembangunan jembatan yang besar, penerbangan dan perkayuan mengakibatkan pengelolanya harus memikirkan pengadaan makanan bagi buruh-buruhnya.Penyelenggaraan makanan yang didasarkan atas kebutuhan karyawan akan zat gizi agar memperoleh   tingkat   kesehatan   yang   optimal   yang   memungkinkan  tercapainya   kerjamaksimal baru dilaksanakan pada awal abad ke-20


Sekitar  tahun   400  masehi,   penyelenggaraan   makanan  massal  sederhana  telah ada untuk   pekerja yang mendirikan candi kerajaan Kutai di Kalimantan Timur. Penyediaan makanan untuk pekerja paksa yang bekerja di perkebunan, pembuatan jalan kereta api, jalan raya, ataupun bangunan besar seperti museum dan istana. Pada abad ke-17 tercatat ada rumah tahanan, rumah sakit serta panti asuhan
Di zaman dahulu tata laksana makanan tidak dikenal, manusia pada zaman itu memerlukan makanan hanya untuk menghilangkan rasa lapar dan mempertahankan hidup. Karena itu pengolahan dan penyajian makanan seperti sekarang tidak ada. Bahan makanan dimakan tanpa diolah, kecuali bila perlu. Misalnya bahan makanan yang berasal dari hewani, dimakan setelah dipanggang di atas bara (Maryati, 2000). Sesuai dengan kemajuan peradaban dan ilmu pengetahuan, makanan kemudian dikenal sebagai kebutuhan mutlak, bukan saja untuk menghilangkan rasa lapar dan kelangsungan hidup, tetapi juga untuk menjaga kesehatan dan pertumbuhan badan yang pesat, baik jasmani maupun rohani. Karena itu bahan makanan dibuat dan diatur sedemikian rupa, sehingga tidak saja dapat dicerna tetapi juga dapat menimbulkan nafsu makan (Maryati, 2000). Akan tetapi, penyelenggaraan makanan kelompok yang dilakukan pada masa itu belum di kelola secara profesional dan jauh dari tujuan komersial. Penyelenggaraan pelayanan makanan kelompok masih bersifat keramah tamahan (bospitality).
Untuk maksud tersebut, kemudian mulai dilakukan penyusunan menu yang cocok untuk berbagai keperluan, pemilihan bahan makanan yang tepat dan baik, cara pengolahan dengan berbagai bumbu, kemudian cara penyajian hidangan yang menarik. Makin tinggi pengetahuan manusia, makin banyak usaha yang dilakukan dalam tata laksana makanan agar makanan menjadi lebih berguna untuk kepentingan tubuh (Maryati, 2000).
Menurut Moehyi (1992), penyelenggaraan makanan adalah suatu proses menyediakan makanan dalam jumlah besar dengan alasan tertentu. Sedangkan menurut Depkes (2003), penyelenggaraan makanan adalah rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan menu sampai dengan pendistribusian makanan kepada konsumen dalam rangka pencapaian status yang optimal melalui pemberian makanan yang tepat dan termasuk kegiatan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi yang bertujuan untuk mencapai status kesehatan yang optimal melalui pemberian makan yang tepat (Rahmawati, 2011). Rumah sakit dalam fungsinya sebagai sarana pelayanan kesehatan bagi masyarakat luas, diharapkan dapat mewujudkan kesehatan masyarakat dengan ikut serta berperan dalam mempercepat penyembuhan dan pemulihan penderita.
Pada perkembangannya, pelayanan pendukung medis seperti instalasi gizi di suatu rumah sakit merupakan suatu kegiatan yang membantu dalam upaya penyembuhan dan pemulihan penderita, yang kegiatannya bermula dari usaha dapur sampai pengolahan diet bagi penderita. Dalam petunjuk tentang ukuran akreditas rumah sakit, dinyatakan bahwa pelayanan gizi merupakan salah satu fasilitas dan pelayanan yang harus ada di rumah sakit. Bagian ini harus diatur dengan mempertimbangkan kebutuhan klinis, kebutuhan masyarakat, keamanan, kebersihan, sumber-sumber dan manajemen tepat guna. Dimana dalam proses penyembuhan pasien dibantu dengan adanya makanan yang memenuhi syarat, baik dari segi kualitas maupun kuantitas (Andry Hartono, 2000).

Berbagai departemen/instansi pemerintah yang bersangkutan dengan pelaksanaan Inpres no. 20 tahun 1979, telah mengadakan latihan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan bagi para petugas gizi dalam merencanakan dan mengelola program gizi. Pelayanan gizi rumah sakit dalam ini wadahnya adalah instalasi gizi, bertujuan untuk memberikan makanan yang bermutu, bergizi, higiene dan sanitasi yang baik pada instalasi gizi yang sesuai dengan standar kesehatan bagi pasien, sekaligus untuk mempercepat proses penyembuhan pasien. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka penting diterapkan manajemen dalam penyelenggaraan makanan sehingga menghasilkan makanan yang bermutu dan kebersihan makanan yang memenuhi syarat kesehatan (Rachmat, R Hapsara Habbit , 2004).


     Dalam pelaksanaannya, Pelayanan gizi yang diselenggarakan di Rumah sakit bertujuan untuk memenuhi kebutuhan gizi dalam keadaan sakit atau sehat selama mendapat perawatan. Termasuk klasifikasi ini adalah rumah sakit type A, B, C, D, E, khusus, rumah sakit bersalin, balai pengobatan ataupun puskesmas perawatan. Rumah sakit saat ini telah memiliki mekanisme penyelenggaraan makanannya yang meliputi :

1.     Perencanaan Anggaran Belanja :
Merupakan kegiatan penyusunan biaya yang diperlukan untuk pengadaan bahan makanan bagi pasien yg dilayani yang bertujuan agar tersedianya anggaran yg diperlukan utk pasien.

2.    Perencanaan Menu :
Suatu kegiatan penyusunan menu yang diolah untuk memenuhi selera pasien dan kebutuhan zat gizi yang memenuhi prinsip gizi seimbang. Penyusunan menu diselenggarakan dibawah pengawasan ahli gizi sehingga memungkinkan pasien untuk mengkonsumsi makanan yang baik untuk kesehatannya. Hal ini bertujuan agar tersedianya siklus menu sesuai klasifikasi pelayanan yang ada di Rumah Sakit, misalnya siklus menu 10 hari. Pemberian makan pasien dilakukan dengan beberapa peraturan seperti adanya standar porsi, standar resep serta standar bumbu.

3.    Perhitungan Kebutuhan bahan makanan :
Adalah Kegiatan penyusunan yang diperlukan utk pengadaan bahan makanan sehingga makanan yang disajikan dapat sesuai dengan standar resep yang telah tersedia serta tercapainya usulan anggaran dan kebutuhan bahan makanan utk pasien dlm 1 tahun anggaran.

4.    Pemesanan dan Pembelian bahan makanan :
Penyusunan dan permintaan bahan makanan dilakukan berdasarkan menu dan rata-rata jumlah pasien yang dilayani dengan tujuan agar tersedianya daftar pesanan BM sesuai standar atau spesifikasi yg ditetapkan.

5.    Penerimaan bahan makanan :
Kegiatan yang meliputi pemeriksaan/penelitian, pencatatan dan pelaporan tentang macam, kualitas dan kuantitas BM yg diterima sesuai dengan pesanan serta spesifikasi yg telah ditetapkan, yang bertujuan agar tersdianya BM yg siap utk diolah.

6.     Penyimpanan dan Penyaluran BM
Pada proses penyimpanan bahan makanan kering & basah dijaga kualitas maupun kuantitas di gudang bahan makanan kering dan basah serta pencatatan dan pelaporannya, yang bertujuan untuk tersedianya bahan makanan siap pakai dengan kualitas dan kuantitas yang tepat sesuai perencanaan.

7.    Persiapan bahan makanan:
Merupakan Serangkaian kegiatan dalam penanganan bahan makanan, yaitu meliputi berbagai proses seperti membersihkan, memotong, mengupas, mengocok, merendam, dll.

8.    Pengolahan/Pemasakan bahan makanan :
Adalah Kegiatan mengubah bahan makanan mentah menjadi makanan yang siap dimakan, berkualitas dan aman untuk dikonsumsi yang bertujuan untuk mengurangi resiko kehilangan zat gizi makanan, meningkatkan nilai cerna, meningkatkan dan mempertahankan warna, rasa, keempukan dan penampilan, serta agar bebas dari organisme dan zat berbahaya.

9.    Pendistribusian bahan makanan:
Merupakan serangkaian kegiatan penyaluran makanan sesuai jumlah porsi dan jenis makanan pasien yg dilayani dengan mendapatkan makanan sesuai diet yang dibutuhkan


Referensi :
Depkes RI. 2003. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Jakarta : Direktorat Rumah Sakit. Khusus dan Swasta, Dit. Jen. Yanmedik.
dr. Andry Hartono,2006. Diet Rumah Sakit.jakarta
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21139/5/Chapter%
Maryati, Sri, 2000. Tata Laksana Makanan, Rineka Cipta. Jakarta
Moehyi, S. 1992. Penyelenggaran Makanan Institusi Dan Jasa Boga. Jakarta : Bhatara
Rachmat, R Hapsara Habib. 2004. Pembangunan Kesehatan di Indonesia. UGM, yogyakarta
Rahmawati. (2011) Pola Makan dan Aktifitas Disik dengan Kadar Glukosa Darah Penderita Diabetes Mellitus tipe 2 Rawat Jalan di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makasar. Skripsi. Universitas Hasanuddin.