Makanan merupakan suatu elmen
penting dalam kehidupan manusia karena digunakan untuk menghasilkan tenaga,
memelihara dan merangsang pertumbuhan. Kajian tentang makanan bermutu merupakan
salah satu kajian yang banyak dibahas dalam kajian Al-Qur’an, karena pada dasarnya
makanan merupakan suatu hal yang sangat pokok bagi kehidupan manusia. Dimana
makanan dijadikan sebagai pemelihara kehidupan dan pemberi kekuatan essensial
bagi semua makhluk ciptaan-Nya.
Istilah makanan dalam bahasa
arab disebutkan dengan 3 istilah kata yaitu aklum, tha’am, dam ghidza.
Sedangkan dalam Al-Qur’an kata makanan disebutkan dengan 4 istilah kata, yaitu
tha’am, syariba, ghidza, dan maidah. Kata tha’am dan berbagai derivasnya
disebutkan sebanyak 48 kali dalam Al-Qur’an. Kata syariba disebutkan sebanyak
38 kali, kata ghidza disebutkan sebanyak 2 kali, dan maidah sebanyak 5 kali.
Ayat-ayah tersebut terdiri dari beberapa bentuk, diantaranya dalam bentuk
perintah dalam Al-Qur’an sebanyak
27 kali, dalam berbagai konteks dan arti seperti dalam ayat 24 surat ‘Abasa
yang memerintahkan manusia untuk memperhatikan makanannya, selain itu terdapat
juga bentuk larangan dan informasi tentang keanekaragaman makanan. Hal ini
menunjukkan bahwa Al-Qur’an telah memberikan perhatian penuh terhadap pola
kehidupan manusia terutama dalam perihal makanan.
Dalam Istilah bahasa arab
at’imah adalah jamak dari tha’am yang merupakan sesuatu yang berasa manis,
asam, asin, pahit dan lain sebagainya. Makanan ialah setiap sesuatu yang
dimakan untuk sumber energy, memelihara kesehatan dan kesegaran tubuh, serta untuk
berbagai fungsi tubuh dan perbaikan sel-sel atau komponen yang rusak. Dalam
Islam makanan yang dikonsumsi harus suci, halal dan berkualitas, serta memenuhi
berbagai syarat antara lain :
1.
Tidak ada dalil pengharamnya baik dalam Qur’an
maupun hadist
2.
Menjauhi makanan yang syubhat (antara halal dan
haram) baik dalam jenis makanannya, cara pengolahan, maupun cara penyajiannya
3.
Makanan yang suci dan bersih
4.
Tidak membahayakan kesehatan jasmani, rohani, dan
mental
5.
Yang disemnelih dengan nama Allah
6.
Bebas dari najis dan bukan produk yang diperoleh
dari sumber yang haram atau binatang halal yang tidak disembelih
Ajaran islam telah mewajibkan
penganutnya mengambil makanan yang bersih, tidak membahayakan serta mematuhi
kode diet yang disebut “halal”. Perkataan tersebut berasal dari kalimat halla,
yahillu,hillan, wa hallalan yang bermakna dibenarkan atau dibolehkan oleh hukum
syariat,sedangkan dala Al-munjid didefinisikan sebagai segala sesuatu yang
dibolehkan Allah SWT.
Dalam Al-Qur’an, terdapat
beberapa kalimat halal yang diandingkan dengan kalimat toyyiban seperti dalam
surat An-Nahl ayat 114, surat Al-Baqoroh ayat 168, dan surat Al-Maidah ayat 88.
At-Thobari dan Al-Qurthubi memiliki pendapat yang sama bahwa perkataan halalan
toyyiba yang terdapat dala 4 ayat tersebut bermaksud perintah untuk memakan
makanan yang halal dan baik. Perkataan toyyiban bermakna baik, dan juga berarti
baik untuk dimakan dan berasal dari sumber yang asli. Hal ini menunjukkan bahwa
islam sangat memperhatikan tentang makanan yang baik, bersih, dan suci, serta
halal karena makanan merupakan suatu keperluan harian yang dibutuhkan manusia
untuk melangsungkan kehidupannya dengan tidak mengesampingkan aspek keseimbangan
dimana makanan yang dimakan harus memenuhi diet seimbang dengan kualitas yang
baik dan kadar yang cukup
Makanan halalan toyyiba dengan
diet simbang akan memberikan dampak positif bagi kesehatan jasmani, rohani, dan
mental
a.
Kesehatan jasmani
Makanan akan memberikan asupan
nutrisi bagi tubuh yang diperlukan untuk menjalankan fungsi normal tubuh dari
segi fisik, fisiologi, dan kimia, Sehingga semua aktifitas akan berjalan dengan
baik dan tidak mengalami kesulitan atau halangan untuk beribadah
b.
Kesehatan rohani
Makanan halalan toyyiban dapat
menambah cahaya iman dan diterimanya amal ibadah seperti halnya makanan yang
haram akan menjadi benteng penghalang do’a dan ibadah dari diterima Allah SWT,
karena makanan yang dimakan akan mengalir dalam tubuh dan menjadi bagian dari
tubuh yang bila makanan tersebut haram, maka akan mencemari seluruh tubuh yang
menjadikannya tidak suci. Begitu pula dengan makanan halalan toyyiban sesuai porsi kebutuhan yang jika berlebihan
akan menyebabkan kekenyangan yang
membuat tubuh malas untuk digerakkan sehingga malas untuk beribadah, serta
dapat menyebabkan tubuh kelebihan zat gizi tertentu dan akhirnya menjadi
penyebab timbulnya berbagai penyakit kronis seperti diabetes, obesitas dsb
c.
Kesehatan mental
Makanan yang halal dan pelaksanaan
diet seimbang dapat memberikan dampak yang besar bagi perkembangan kesehatan
menal manusia. Dalam kajian Mohd Azlan Abdullah dan Noraziah Ali (2011)
ditemukan bahwa terdapat hubungan antara kepintaran pelajar dengan kualitas
makanan, pelaksanaan diet seimbang, serta waktu makan yang konsisten. Selain
itu, makanan yang halal dan baik serta pelaksannan diet seimbang dapat
menentramkan fikiran. Hal ini karena emosi suatu individu sering berubah dari
emosi yang stabil menjadi tidak stabil dan beberapa dari mereka dapat
mengatasinya dengan makanan. Otak yang sehat terletak pada jasmani yang sehat,
maka dari itu untuk mencapai kemapuan otak yang baik dibutuhkan makanan yang
baik dengan porsi yang seimbang
Maka dari itu untuk mencapai
kesehatan prima, perlu kita perhatikan makanan yang sehat dan bermutu. Sehingga
nantinya makanan bukan hanya bermanfaat utnuk mengenyangkan perut tapi juga
untuk pelaksanakan fungsi optimal tubuh dan aktifitas sehari-hari seperti yang
telah Allah peritahkan kepada kita
Referensi
:
ocw.usu.ac.id/course/download/1110000096-hematology-and-immunology-system/his127_slide_makanan_halalan_thayyiban_dalam_pandangan_islam.pdf
ebook tentang makanan dari sudut pandang islam
http://digilib.uin-suka.ac.id/13945/2/BAB%20I,
%20V, %20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf
https://www.academia.edu/10014217/Makanan_dan_Kesan_Pemakanan_menurut_Perpektif_Islam