Minggu, 30 Agustus 2015

Makna makanan menurut presfektif islam


Makanan merupakan suatu elmen penting dalam kehidupan manusia karena digunakan untuk menghasilkan tenaga, memelihara dan merangsang pertumbuhan. Kajian tentang makanan bermutu merupakan salah satu kajian yang banyak dibahas dalam kajian Al-Qur’an, karena pada dasarnya makanan merupakan suatu hal yang sangat pokok bagi kehidupan manusia. Dimana makanan dijadikan sebagai pemelihara kehidupan dan pemberi kekuatan essensial bagi semua makhluk ciptaan-Nya.
Istilah makanan dalam bahasa arab disebutkan dengan 3 istilah kata yaitu aklum, tha’am, dam ghidza. Sedangkan dalam Al-Qur’an kata makanan disebutkan dengan 4 istilah kata, yaitu tha’am, syariba, ghidza, dan maidah. Kata tha’am dan berbagai derivasnya disebutkan sebanyak 48 kali dalam Al-Qur’an. Kata syariba disebutkan sebanyak 38 kali, kata ghidza disebutkan sebanyak 2 kali, dan maidah sebanyak 5 kali. Ayat-ayah tersebut terdiri dari beberapa bentuk, diantaranya dalam bentuk perintah dalam         Al-Qur’an sebanyak 27 kali, dalam berbagai konteks dan arti seperti dalam ayat 24 surat ‘Abasa yang memerintahkan manusia untuk memperhatikan makanannya, selain itu terdapat juga bentuk larangan dan informasi tentang keanekaragaman makanan. Hal ini menunjukkan bahwa Al-Qur’an telah memberikan perhatian penuh terhadap pola kehidupan manusia terutama dalam perihal makanan.
Dalam Istilah bahasa arab at’imah adalah jamak dari tha’am yang merupakan sesuatu yang berasa manis, asam, asin, pahit dan lain sebagainya. Makanan ialah setiap sesuatu yang dimakan untuk sumber energy, memelihara kesehatan dan kesegaran tubuh, serta untuk berbagai fungsi tubuh dan perbaikan sel-sel atau komponen yang rusak. Dalam Islam makanan yang dikonsumsi harus suci, halal dan berkualitas, serta memenuhi berbagai syarat antara lain :
1.       Tidak ada dalil pengharamnya baik dalam Qur’an maupun hadist
2.       Menjauhi makanan yang syubhat (antara halal dan haram) baik dalam jenis makanannya, cara pengolahan, maupun cara penyajiannya
3.       Makanan yang suci dan bersih
4.       Tidak membahayakan kesehatan jasmani, rohani, dan mental
5.       Yang disemnelih dengan nama Allah
6.       Bebas dari najis dan bukan produk yang diperoleh dari sumber yang haram atau binatang halal yang tidak disembelih
Ajaran islam telah mewajibkan penganutnya mengambil makanan yang bersih, tidak membahayakan serta mematuhi kode diet yang disebut “halal”. Perkataan tersebut berasal dari kalimat halla, yahillu,hillan, wa hallalan yang bermakna dibenarkan atau dibolehkan oleh hukum syariat,sedangkan dala Al-munjid didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dibolehkan Allah SWT.
Dalam Al-Qur’an, terdapat beberapa kalimat halal yang diandingkan dengan kalimat toyyiban seperti dalam surat An-Nahl ayat 114, surat Al-Baqoroh ayat 168, dan surat Al-Maidah ayat 88. At-Thobari dan Al-Qurthubi memiliki pendapat yang sama bahwa perkataan halalan toyyiba yang terdapat dala 4 ayat tersebut bermaksud perintah untuk memakan makanan yang halal dan baik. Perkataan toyyiban bermakna baik, dan juga berarti baik untuk dimakan dan berasal dari sumber yang asli. Hal ini menunjukkan bahwa islam sangat memperhatikan tentang makanan yang baik, bersih, dan suci, serta halal karena makanan merupakan suatu keperluan harian yang dibutuhkan manusia untuk melangsungkan kehidupannya dengan tidak mengesampingkan aspek keseimbangan dimana makanan yang dimakan harus memenuhi diet seimbang dengan kualitas yang baik dan kadar yang cukup
Makanan halalan toyyiba dengan diet simbang akan memberikan dampak positif bagi kesehatan jasmani, rohani, dan mental
a.       Kesehatan jasmani
Makanan akan memberikan asupan nutrisi bagi tubuh yang diperlukan untuk menjalankan fungsi normal tubuh dari segi fisik, fisiologi, dan kimia, Sehingga semua aktifitas akan berjalan dengan baik dan tidak mengalami kesulitan atau halangan untuk beribadah
b.       Kesehatan rohani
Makanan halalan toyyiban dapat menambah cahaya iman dan diterimanya amal ibadah seperti halnya makanan yang haram akan menjadi benteng penghalang do’a dan ibadah dari diterima Allah SWT, karena makanan yang dimakan akan mengalir dalam tubuh dan menjadi bagian dari tubuh yang bila makanan tersebut haram, maka akan mencemari seluruh tubuh yang menjadikannya tidak suci. Begitu pula dengan makanan halalan toyyiban  sesuai porsi kebutuhan yang jika berlebihan akan menyebabkan  kekenyangan yang membuat tubuh malas untuk digerakkan sehingga malas untuk beribadah, serta dapat menyebabkan tubuh kelebihan zat gizi tertentu dan akhirnya menjadi penyebab timbulnya berbagai penyakit kronis seperti diabetes, obesitas dsb
c.        Kesehatan mental
Makanan yang halal dan pelaksanaan diet seimbang dapat memberikan dampak yang besar bagi perkembangan kesehatan menal manusia. Dalam kajian Mohd Azlan Abdullah dan Noraziah Ali (2011) ditemukan bahwa terdapat hubungan antara kepintaran pelajar dengan kualitas makanan, pelaksanaan diet seimbang, serta waktu makan yang konsisten. Selain itu, makanan yang halal dan baik serta pelaksannan diet seimbang dapat menentramkan fikiran. Hal ini karena emosi suatu individu sering berubah dari emosi yang stabil menjadi tidak stabil dan beberapa dari mereka dapat mengatasinya dengan makanan. Otak yang sehat terletak pada jasmani yang sehat, maka dari itu untuk mencapai kemapuan otak yang baik dibutuhkan makanan yang baik dengan porsi yang seimbang
Maka dari itu untuk mencapai kesehatan prima, perlu kita perhatikan makanan yang sehat dan bermutu. Sehingga nantinya makanan bukan hanya bermanfaat utnuk mengenyangkan perut tapi juga untuk pelaksanakan fungsi optimal tubuh dan aktifitas sehari-hari seperti yang telah Allah peritahkan kepada kita

Referensi :
ocw.usu.ac.id/course/download/1110000096-hematology-and-immunology-system/his127_slide_makanan_halalan_thayyiban_dalam_pandangan_islam.pdf ebook tentang makanan dari sudut pandang islam
 http://digilib.uin-suka.ac.id/13945/2/BAB%20I, %20V, %20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf
https://www.academia.edu/10014217/Makanan_dan_Kesan_Pemakanan_menurut_Perpektif_Islam





Tidak ada komentar:

Posting Komentar